Tangannya menggenggam erat tanganku, saat aku hendak untuk mencium tangannya untuk pamit.
Matanya menatapku…hampa…tapi penuh dengan harapan
Sedikit air mata membasahi sudut matanya.
Ia tak lagi mengenali siapa aku, setiap bertemu ia bertanya " ini
siapa? ", dan nenek ku akan menjelaskan " Ini Indah, cucu bapak, anaknya
Mawar anak bapak yang ke dua " lalu ia mengiyakan dengan ragu, entah ia
ingat atau tidak…tapi setelahnya ia selalu berpesan padaku beberapa
hari belakangan ini.
Melalui bibirnya yang tak lagi mampu berbicara dengan jelas.
Ia berpesan :
" Jadilah anak yang baik. jujur. maka kamu akan sukses. ambilah
pendidikan sebanyak-banyaknya, setinggi-tingginya. yakin Allah beri
kebahagiaan dalam hidup…rajin ibadah dan yang paling penting jadi orang
sabar ya neng ya "
Satu kali aku tak sanggup melihatnya dengan keadaan beberapa hari
terakhir. Aku menghirup udara sebanyak-banyaknya agar aku tidak menangis
dihadapannya, dan menjawab " iya kek, kakek cepat sehat ya biar kita
jalan-jalan lagi " sambil tersenyum. “Sekarang kakek istirahat ya,
jangan lupa makan, Indah pamit pulang dulu". genggaman tangannyapun
dilepaskan. aku keluar dari kamar tempatnya berbaring. aku menangis…aku
menghambur ke pelukan nenekku.
Pesan itu tertulis jelas di otakku. dan aku berjanji untuk
berubah demi dua laki-laki terhebat yang pernah aku kenal di dalam
hidupku. Ayah dan Kakek. dan demi membahagiakan Ibuku, wanita tertangguh
yang ada dalam hidupku.
Banyak hal yang aku pikirkan dan entah harus kemana aku
menumpahkannya. Tidak pada keluargaku, tidak pada temanku, tidak pula
social media yang beberapa hari ini aku jauhi.
Hari ini aku harus kembali ke Bandung, karena ada sebuah pekerjaan
yang harus aku lakukan dalam lima hari kedepan. entah kenapa saat aku
meninggalkan Jakarta aku merasa agak sedikit berat, dan terus terbayang
wajahnya, wajah kakek. dan aku menangis sepanjang perjalanan. aku hanya
berharap semuanya baik-baik saja sampai aku kembali ke Jakarta.
Aku belum sempat memeluknya dan bilang aku menyayanginya. setelah
pekerjaanku selesai aku akan segera pulang ke Jakarta dan memeluknya.
Aku hanya dapat berharap dan berdoa Allah memberiku kesempatan tersebut.
kesempatan yang tak dapat ku lakukan kepada Ayahku dulu. Kesempatan
mengatakan betapa aku menyayanginya…
Semoga kesempatan itu masih ada….
Rabu, 24 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
feel free to leave comment :)